Senin, 22 September 2014

AIRA BERSAMA IMAJINASINYA (Karya Siswa SMA 2 Ungaran: Sofi Alifani)

“ Di seberang sana, sebuah kastil berdiri kokoh. Batu-batu yang menjadi dindingnya menyiratkan kekuatan yang tak terkikis oleh waktu. Di atas sana, terlihat mavis kecil yang termenung menatap kilauan pancaran cahaya bulan di permukaan danau”
            Sepenggal cerpen karya Aira yang ia tulis untuk sebuah tabloid itu. Belum terselesaikan cerpen fantasy itu karena ia masih sibuk mengupdate ke social medianya. Sesekali ia ikut membalas tweet dari teman-temannya. Entah sudah berapa kali ia mengklik tombol retweet  lewat kursor laptopnya.
            Tiba-tiba ada sebuah pesan baru yang masuk. Nama asing bagi Aira. Namun, pesannya begitu menarik..
            “ Mari ikut aku melihat kehidupanku. Seorang Vampire”
            “ Vampire? Mungkin dia terobsesi dengan GGS yang sedang bumin itu” bisi Aira heran
            Rasa kantuk sudah mulai terasa di mata aira. Ia tak kuasa menahan kantuknya.

            “ Mengapa aku berlampukan kunang-kunang? Sejak kapan kamarku berhiaskan batu-batu ini?” pertanyaan-pertanyaan mulai muncul dalam benak aira. Hingga akhirnya, ia pun sadar bahwa ia tidak sedang berada di kamarnya.
            “ Hai..” sapa gadis kecil yang berdiri di depan pintu kastil
            “ Kau memanggilku?” tanya aira
            “ Tentu saja aku memanggilmu, karena tidak ada orang lain lagi di sini kan?” gadis itu mendekat
            “ Aku berada dimana?”
            “ Sekarang kakak berada di rumahku. Duniaku. Mari kiut denganku”
            Mereka menuju taman kastil. Dekat danau yang airnya berkilau karena terkena pantulan sinar bulan.
            “ Apakah kau mengenalku?” tanya aira
            “ Sangat” katanya tersenyum
            “ Sungguh? Tapi kemapa kau asing bagiku?” aira semakin bingung
            Sampailah mereka di tepi danau. Persis di pinggir danau. Mata aira tertuju pada cahaya-cahaya mirip kembang api yanag abadi di dekat danau. Tepatnya di tengah hutan.
            “ Apa itu? Oh iya, siapa namamu?”
            “ Namaku Mavis. Aku baru saja berulang tahun ke 117”
            “ Mavis? 117 ?”
            “ Yah, kita sebaya”
            “ Aku ingin melihatnya. Ada pertunjukan apa di sana?”
            “ Di atas sana. Di bukit altar. Banyak vampire yang sedang berlatih sihir. Kau tertarik ke sana aira?” tawar Mavis
            “ Tentu saja. Tapi dengan apa kita menuju ke sana?”
            “ Aku akan memunculkan sebuah perahu kecil untuk kita berdua”
            “ Segera ajak akau ke sana, Mavis!”
            “ Akhirnya kau menyadari siapa diriku?”
            “ Bagaimana ini bisa terjadi?” mata aira menatap erat sosok mavis.
            Gadis nan cantik yang ia deskripsikan dalam ceritanya lewat imajinasi. Aira benar-benar ingat sekarang. Dalam ceritanaya, mavis mengajak seorang cowok pergi ke danau.

            Sepanjang perjalanan ke altar…
            “ Bukan sekedar mengarang, tapi kau menuliskanku dengan tulis”
            “ Apakah ini nyata?”
            “ Tergantung bagaimana kau meyakini perjalananmu” Mavis hanya tersenyum manis
            Sesampainya mereka ke seberang danau, dan akan melanjutkan perjalanan, terlihat seorang laki-laki yang menghampiri aira dan mavis.
            “ Hendak kemana mavis kecil sayang?” tanya laki-laki itu
              Ayah, temanku ingin melihat para vampire melatih kekuatannya”
            “ Maaf mavis, sedang ada pemusnahan vampire di atas sana. Kau tidak akan diijinkan pergi ke sana”
            “ Baik ayah, bawa kami kembali ke kastil dengan cepat, ayah..”
            “ Berpeganglah kalian pada ayah..”

            Secepat hembusan angin, mavis dan aira tiba di kastil kembali. Ayah mavis membuatkan secangkir kopi untuk aira. Segera ia menyeruput kopi hangat dari verosa, ayah mavis.
            Seketika itu dengan aira langsung kabur. Perlahan semua mulai memudar. Tak jelas sama sekali.
            “ Tukk.” Terdengar suara pelas dari arah speaker
            Aira tersadar. Ia tadi hanya bermimpi. Tapi anehnya, ia bisa merasakan ampas kopi di tengggorokannya. Segera ia mengarahkan tombol mouse pada symbol pesan. Ada pesan baru dan sebuah photo.
            “ Kopi tadi  agar kamu tersadar dari duniaku. Percayalah, aku bukan sekedar imajinasimu, Mavis”
            Aira mengklik tombol photo yang ada di bawah pesan. Terlihat photo pemandangan malam danau yang sama persis dengan apa yang ia lihat dalam mimpi tadi…