“ Di seberang sana, sebuah kastil
berdiri kokoh. Batu-batu yang menjadi dindingnya menyiratkan kekuatan yang tak
terkikis oleh waktu. Di atas sana, terlihat mavis kecil yang termenung menatap
kilauan pancaran cahaya bulan di permukaan danau”
Sepenggal
cerpen karya Aira yang ia tulis untuk sebuah tabloid itu. Belum terselesaikan
cerpen fantasy itu karena ia masih sibuk mengupdate ke social medianya.
Sesekali ia ikut membalas tweet dari teman-temannya. Entah sudah berapa kali ia
mengklik tombol retweet lewat kursor
laptopnya.
Tiba-tiba
ada sebuah pesan baru yang masuk. Nama asing bagi Aira. Namun, pesannya begitu
menarik..
“
Mari ikut aku melihat kehidupanku. Seorang Vampire”
“
Vampire? Mungkin dia terobsesi dengan GGS yang sedang bumin itu” bisi Aira
heran
Rasa
kantuk sudah mulai terasa di mata aira. Ia tak kuasa menahan kantuknya.
“
Mengapa aku berlampukan kunang-kunang? Sejak kapan kamarku berhiaskan batu-batu
ini?” pertanyaan-pertanyaan mulai muncul dalam benak aira. Hingga akhirnya, ia
pun sadar bahwa ia tidak sedang berada di kamarnya.
“
Hai..” sapa gadis kecil yang berdiri di depan pintu kastil
“
Kau memanggilku?” tanya aira
“
Tentu saja aku memanggilmu, karena tidak ada orang lain lagi di sini kan?”
gadis itu mendekat
“
Aku berada dimana?”
“
Sekarang kakak berada di rumahku. Duniaku. Mari kiut denganku”
Mereka
menuju taman kastil. Dekat danau yang airnya berkilau karena terkena pantulan
sinar bulan.
“
Apakah kau mengenalku?” tanya aira
“
Sangat” katanya tersenyum
“
Sungguh? Tapi kemapa kau asing bagiku?” aira semakin bingung
Sampailah
mereka di tepi danau. Persis di pinggir danau. Mata aira tertuju pada
cahaya-cahaya mirip kembang api yanag abadi di dekat danau. Tepatnya di tengah
hutan.
“
Apa itu? Oh iya, siapa namamu?”
“
Namaku Mavis. Aku baru saja berulang tahun ke 117”
“
Mavis? 117 ?”
“
Yah, kita sebaya”
“
Aku ingin melihatnya. Ada pertunjukan apa di sana?”
“
Di atas sana. Di bukit altar. Banyak vampire yang sedang berlatih sihir. Kau
tertarik ke sana aira?” tawar Mavis
“
Tentu saja. Tapi dengan apa kita menuju ke sana?”
“
Aku akan memunculkan sebuah perahu kecil untuk kita berdua”
“
Segera ajak akau ke sana, Mavis!”
“
Akhirnya kau menyadari siapa diriku?”
“
Bagaimana ini bisa terjadi?” mata aira menatap erat sosok mavis.
Gadis
nan cantik yang ia deskripsikan dalam ceritanya lewat imajinasi. Aira
benar-benar ingat sekarang. Dalam ceritanaya, mavis mengajak seorang cowok
pergi ke danau.
Sepanjang
perjalanan ke altar…
“
Bukan sekedar mengarang, tapi kau menuliskanku dengan tulis”
“
Apakah ini nyata?”
“
Tergantung bagaimana kau meyakini perjalananmu” Mavis hanya tersenyum manis
Sesampainya
mereka ke seberang danau, dan akan melanjutkan perjalanan, terlihat seorang
laki-laki yang menghampiri aira dan mavis.
“
Hendak kemana mavis kecil sayang?” tanya laki-laki itu
“ Ayah, temanku ingin melihat para vampire
melatih kekuatannya”
“
Maaf mavis, sedang ada pemusnahan vampire di atas sana. Kau tidak akan diijinkan
pergi ke sana”
“
Baik ayah, bawa kami kembali ke kastil dengan cepat, ayah..”
“
Berpeganglah kalian pada ayah..”
Secepat
hembusan angin, mavis dan aira tiba di kastil kembali. Ayah mavis membuatkan
secangkir kopi untuk aira. Segera ia menyeruput kopi hangat dari verosa, ayah
mavis.
Seketika
itu dengan aira langsung kabur. Perlahan semua mulai memudar. Tak jelas sama
sekali.
“
Tukk.” Terdengar suara pelas dari arah speaker
Aira
tersadar. Ia tadi hanya bermimpi. Tapi anehnya, ia bisa merasakan ampas kopi di
tengggorokannya. Segera ia mengarahkan tombol mouse pada symbol pesan. Ada pesan baru dan sebuah photo.
“
Kopi tadi agar kamu tersadar dari
duniaku. Percayalah, aku bukan sekedar imajinasimu, Mavis”
Aira
mengklik tombol photo yang ada di
bawah pesan. Terlihat photo pemandangan malam danau yang sama persis dengan apa
yang ia lihat dalam mimpi tadi…