Selasa, 03 Desember 2013

SECANGKIR KOPI CINTA

Dalam sebuah kesempatan yang tak terhitung bagaimana mengukur keindahannya, Argan datang dengan menggunakan sebuah jas hitam dengan bawahan celana bahan yang nampak layaknya seorang dermawan tinggi pada malam sendu. Wajahnya ia kerutkan sejuta haru yang membahana jauh. Tak sedikitpun sisa-sisa kesedihan yang menempel di wajahnya kerana sebuah perpisahan hina bersama Hani masalalunya. Ditatanya rambut hitam itu dengan sangat rapih. Senyumnya mengumbar mesra. Jejak langkahnya membaur dengan setiap pasang mata yang malam itu menggauli pandangannya.
“ Tidak terasa sudah hampir 4 tahun kita berpisah yah kawan..” Ucapnya mengawali perbincangan mesranya bersama sahabat-sahabat lamanya.
Sebuah acara membuatnya mengingat akan kisah-kisah indah yang ia alami bersama teman-temannya dimasa SMA. Masih teringat jelas dalam benaknya sosok perempuan yang sampai sekarang belum juga menjadikannya berani menatap akan cinta pertamanya di waktu SMA. Dulu ia sosok yang sangat diam dan dingin pada perempuan. Sampai dekat saja ia belum berani.
Azzura.
Sosok indah yang beberapa tahun lalu menggambarkan betapa hari-harinya di SMA sangat indah. Azzura adalah gadis dengan wajah yang sangat cantik dan pintar ketika mereka masih duduk di bangku SMA. 2 tahun lamanya mereka dipertemukan dalam satu kelas. Namun Argan hanya bisa menyembunyikan segala perasaannya dalam hati. Sampai sekarangpun, perasaan itu masih ada. Meskipun air mata pernah ia keluarkan ketika cintanya terenggut akan sebuah kecelakaan hebat hingga menimpa orang yang sangat ia cintai, Hani.
Dilihatnya gadis berambut panjang itu dengan seksama. Wajah itu masih terihat cantik seperti dulu. Tak ada yang berubah dalam dirinya. Hanya saja,ia terlihat lebih gemuk dibandingkan dengan sewaktu SMA dulu. Rambut hitam itu masih tergerai indah. Argan mencob mendekati sosok yang dikenalnya sebagai bintang kelas tersebut dengan langkah malu-malu. Ia masih merasa asing dihadapan Azura. Meskipun saat ini, ia bukanlah Argan yang dulu. Argan yang pendiam, argan yang tidak berani mendekati seorang gadis manapun, dan argan yang tidak pernah banyak tingkah. Sekarang ia menjadi sosok yang sangat aktif dalam setiap kegiatan kemahasiswaan di kampusnya.
“ Ghem..( berdehem perlahan )..”
“ Argan..? apa kabar sekarang..? beda yah..” Gadis tersebut menunjukan raut wajah yang sangat beraroma khas. Senyumnya masih mengembang seperti dulu.
“ Baik. Sekarang lagi sibuk apa azz..?” Dia mulai memberanikan dirinya membuang segala kegugupan yang sering ia lakukan dulu.
Di bawah ramainya suasana temu kangen semua alumni, keduanya amat sangat menikmati kerinduan yang dalam setelah 4 tahun mereka tak sedikitpun berkomunikasi sama sekali. Entah bagaimana cara melukiskan perasaan Argan saat itu. Selama 3 tahun menganal dekat sosok Azzura, baru malam ini ia bisa begitu dekat dengan gadis yang akrab disapa Azz itu. Entah apa yang membuatnya kali ini memberanikan diri untuk bercengkrama ria dengannya.
“ Empat tahun ini aku sibuk bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Semenjak Ayah meninggal, akulah yang bertanggungjawab atas segalanya di rumah. Terlagi untuk Ibu dan Adikku. Tapi Alhamdulillah, aku masih bisa meneruskan pendidikanku pada jurusan Akuntasi di Jakarta. Kamu sendiri Ghan..?” Jelasnya dengan lembutnya
“ Aku sekarang masih melanjutkan pendidikanku di sebuah Universitas Swasta di Jakarta. Jurusan Managenent Perkantoran. Dan aku imbangi juga dengan bekerja membantu abangku di perusahaannya.” Lanjutnya
Perbincangan diantara mereka semakin indah dan menarik. Banyak hal yang mereka bicarakan dalam pertemuan singkat tersebut. Banyak hal juga yang mereka ceritakan tentang masa-masa indah 4 tahun lalu.
“ Mbak minta garamnya sedikit untuk tambahan kopi saya yah..” Secara spontan, Argan meminta sesendok garam untuk ia bubuhkan pada kopi hangatnya.
Ia masih terlihat gugup dihadapan Azzura. Sehingga bicara saja masih sangat gugup. Sampai ia meminta sesuatu yang sangat berbanding terbalik dengan yang ada. Semua pasang mata memperhatikannya dengan sangat aneh. Mereka menganggap keluguan Argan masih saja ia bawa sampai sekarang. Aneh,memang. Untuk apa ia memasukan garam ke dalam secangkir kopinya. Bukan memasukan gula sebagai pelengkap kopi hangatnya.
“ Garam..? kamu suka garam ghan..? kenapa..?” Sontan Azzurah terkejut dan langsung bertanya pada Argan.
“ E..e..e.. ia. Dari dulu aku memang sangat suka menambahi garam pada kopi. Harusnya gula, tapi aku lebih suka garam. Karena dulu ayahku seorang petani garam di desa. Dan garam semakin mengingatkan aku pada sosok Ayah. Sosok ayah yang sangat aku kagumi.”
Entah benar atau tidak, yang pasti ia melakukannya secara spontan. Tak ada cara lain yang dapat ia katakana ketika harus berhadapan lama dengan orang yang betahun-tahun ia sukai namun tak bisa ia miliki.

@@@
Semenjak kejadian yang sangat mencuri perhatian setiap pasang mata termasuk Azzurah, Argan senantiasa membiasakan dirinya untuk selalu menambahkan sesendok garam pada secangkir kopi hangatnya. Terlagi ketika bersama Azzura dimanapun. Entah apa dan bagaimana rasanya meminum kopi yang seharusnya berasa manis, namun karena garam yang ia campur sehingga berubah menjadi asin rasanya. Angat aneh dan unik mungin. Bukan hanya satu atau dua sendok saja ia bubuhkan garam pada minumannya ketika bersama Azzurah. Namun beberapa kali ia melakukannya dalam satu waktu.
“ Bagaimana rasanya meminu kopi dengan tambahan garam..?” Tanya Azzurah suatu ketika.
“ Manis..enak..dan sangat melegenda. Karena setiap kali aku meminumnya, aku pasti teringat kampong halamanku di rumah. Aku teringat masa kecilku bersama keluarga kecilku. Dan teringat semua masa-masa bermainku bersama sahabat-sahabat kecilku di kampung..”
“ Memang benar. Kamu adalah sosok yang sangat tepat. Kamu sangat sayang terhadap keluargamu, kampong halamanmu, dan tidak melupakan masa kecilmu sedikitpun. Jarag sekali ada laki-laki yang seperti itu.”
Pembicaraan merekapun sangat terarah. Sedikit demi sedikit, Argan mampu membiasakan dirinya beradaptasi dengan perasaannya pada Azzurah. Ia ceritakan sedikit tentang masa kecilnya bersama beberapa temannya di kampong, dan beberapa keindahan kampungnya yang dekat dengan laut. Ia ceritakan semua tentang kebodohan-kebodohannya dimasa SMA bersama teman-teman satu kelasnya termasuk Azzurah. Termasuk sebuah masa dimana ia harus kehilangan orang yang ia cintai akibat kecelakaan tragis yang menimpa Hani.
Bukan hanya Argan yang menceritakan kisahnya secara panjang lebar. Namun Azzurahpun tak mau ketinggalan dengan segala keunikan masa kecil Argan bersama teman-temannya di kampong. Azzurah menceritakan sebuah kejadian yang sampai sekarang masih ia kenang dalam benaknya. Yaitu ketika ia harus kehilangan Ayah yang sangat ia sayangi dan ia harus menjadi tulang punggung keluarga. Sangat berat saat itu ia jalani. Seandainya ketika itu tak ada orang-orang terdeatnya yang senantiasa memberikannya motivasi, mungkin ia tak akan bisa setegar sperti sekarang ini. Tak bisa menjadi Azzura seperti sekarang ini.
“ Kamu termasuk perempuan yang sangat kuat dan hebat Azz. Hidup kamu sangat berat. Dan jarang ada perempuan yang bisa sekuat kamu dalam menjalani kehidupan ini. Semoga segalanya tetap dipermudah yah..”
“ Terima kasih Ghan..”
“ Oh Tuhan..butuh kali ini saja, aku bisa lebih dekat untuk menatap mata indahnya. Izunkan aku untuk selalu menjaga senymnya. Dan izinkan aku sekali ini saja agar bisa terus menjaga hari-harinya..” Benaknya berucap



@@@
Waktu secepat kilat membiaskan segala macam kerapuahn dan keindahan sang cinta. Seperti dalam sebuah dongeng, Argan bak pangeran dari Negeri awan yang mengindahkan segala macam cara demi sebuah cinta masa lalunya bersama Azzurah. Ia merasakan beberapa kata mulai merajut asanya. Dan beberapa kalimatnya telah menjadi jawaban akan sebuah cinta dalam hatinya. Ditatapnya kisah pedih bersamya Hani. Ia ingin menghapus segalanya dengan mancairkan hatinya bersama orang yang menjadi cinta terpendamnya bersama Azzurah.
Dan laksana seorang puteri dari Negeri bunga, Azzura mendekatkan dirinya pada ketentun-ketentuan sang pangeran. Banyak hal yang bisa ia dapatkan dalam sebuah pembicaraan singkat dimalam syahdu.
Kopi asin mempertemukan dua hati yang sekian lama terdiam akan sejuta kekecewaan di masa lalu. Tepat di hari jadi Azzurah yang ke 22 tahun, Argan memberanikan diri untuk menginkatnya dan menghantarknnya pada kehidupan yang adabi. Pada kehidupan dua anak manusia yang mampu membiaskan sejuta keindahan di dalamnya. Argan menikahi Azzurah dengan sangat megah dan indah. Pernikahan mereka dihadiri oleh semua kerabat mereka suatu di SMA. Dua orang yang sangat berbeda jauh, bisa menjadi satu dengan hanya mengikatkan sebuah kata cinta di dalamnya.
“ Selamat yah Ghan..ini bukan cinta dalam hati lagi. Tapi cinta dalam selimut.” Ledek salah seorang sahabat dekat Argan.
“ Wakh..jangan diomongin di sini lah. Aku malu. Coba saja dari dulu aku bisa menikahi Azzurah. Mungkin sekarang kita sudah punya anak 11 yah..” Canda’an mereka meledak. Memecahkan ramai dan megahnya suasana pernikahan yang bernuansa hijau muda itu, sesuai keinginan Azzurah.
Senyum tak henti-hentinya ia lemparkan kepada setiap tamu undangan yang memberika sejuta do’a untuknya dan sang putri yang saat ini telah resmi menjadi miliknya tersebut. Gaun hijau muda itu semakin menambah indah dan anggunnya gadis yang bernama lengkap Azzurah Robiyatuzzanwa itu. Terlagi beberapa hiasan bunga yang melengkapi setiap sudut ruangan dan indhnya warna-warni lampu yang terus memancarkan terangnya di malam indah itu.
Lesung pipinya semakin menambah indah dan sedunya kecantikan gadis di dekat Argan itu. Sesekali ia membisikkan sesuatu di telinga Argan dengan lembut. Tak ada seorangpun yang mampu membacanya. Hanya ia dan sang pangeran sajalah yang bisa menambahkan kemesraan diantara keduanya.

@@@
5 lima tahun berlalu begitu cepatnya. Dalam waktu singkat itu pulalah pernikahan keduanya berlangsung. Sangat tidak menumbuhkan rasa keingintahuan mengapa waktu begitu sangat cepat berlalu. Namun sampai detik ini pun, tidak ada suara tangis bayi yang menghiasi sebuah rumah laksana istana dalam Negri dongeng tersebut. Tidak ada rengakan seorang anak yang meminta uang jajan terhadap ibunya. Tidak ada tangisan seorang anak yang menjerit kesakitan karena kenakalannya. Hampir mendekati usia pernikahan mereka yang ke lima, Tuhan belum mengizinkan mereka untuk memiliki buah hati. Entah karena apa ataupun bagaimana. Namun itu tidak menjadikan kemesraan dan keindahan cinta di rumah megah itu seketika memudar. Argan masih seperti dulu. Cintanya kepada Azzurah masih ia jaga sampai saat ini, meskipun ia tahu permaisurinya tersebut tidak bisa memiliki seorang anak.
Setiap pagi dalam kesehariannya, Azzurah senantiasa menyediakan secangkir kopi hangat dengan garam di dalamnya sebelum pangerannya tersebut memulai aktifitasnya. Tak sedikitpun ia lupa apa kesukaan sang pangerannya.
“ Ayah..kopi hangatnya sudah Bunda sediakan di atas meja makan. Kita sarapan bareng yuk..” Ajak Azzurah suatu pagi
“ Ia bunda..sebentar lagi ayah ke situ. Jangan lupa garamnya yah Bundaku sayang..”
Beberapa rasa tercampur dengan indahnya. Meskipun ia tahu, bertahun-tahun secngkir kopi hangat dengan garam di dalamnya. Ia tahu bagaimana tidak enaknya rasa yang terkandung dalam secangkir kopi itu. Namun bagaimana perasaannya jika ia tidak meminum kopi buatan istri tercintanya itu. Pasti Azzurah akan sangat kecewa dengan pangerannya tersebut. Namun demi sebuah cinta, diminumnyalah secangkir kopi hangat itu setiap waktu.
“ Ma’afkan Bunda ya Yah..sampai detik inipun, tidak ada tanda-tanda bahwa aku akan emiliki seorang anak darimu. Aku bukan seorang wanita yang sempurna.”
“ Itu tidak pernah aku permasalahkan Bunda, selama ini Ayah sudah cukup bahagia dengan semua ini. Memilikimu saja aku sudah sangat bersyukur kepada Tuhan. Karena do’aku terkabulkan.”
“ Lalu bagaimana dengan kopi asin ini. Apa Ayah tidak bosan setiap hari Bunda selalu membuatkannya untuk Ayah..?”
“ Tidak ada yang membosankan jika itu dari tangan Bunda sendiri. Karena Ayah sangat mencintai Bunda..”
Bagaimanapun pertanyaannya tentang kopi itu, pasti jawabannya adalah tidak enak sama sekali. Namun Argan membuangnya jauh-jauh dari pikirannya. Ia anggap semua itu sebagian kecil dari perjuangan cintanya pada sang permaisuri.
Setiap wanita akan merasa dirinya tidak sempurna jika ia beu juga memberikan seorang anak untuk suaminya. Begitu juga dengan apa yang dirasakan Azzura terhadap Argan. Tak sedikit waktunya untuk memikirkan kapan harapan dan impiannya untuk memiliki anak itu dapat terwujud. Selama ini rumahnya sangat sepi tanpa kehadiran seorang anak di sisi mereka. Seakan hampa dengan kesenyapan itu. Seakan sunyi dengan segala kekosongan itu. Namun cinta membuat keduanya bertahan sampai sekarang. Tak ada kata terucap selain kata cinta untuk melingkupi hati dan perasaan keduanya saat sekarang ini.

@@@
Tak biasanya semalam ini Argan belum juga mengetuk pintu rumah mereka dan memberikan sebuah kecupan hangat di keningnya. Sampai pukul 23.00 pun, ia belum juga menyambutnya dengan senyuman hangat. Sampai pada akhirnya, ia rebahkan tubuhnya pada sebuah sofa di ruang tamu. Sembari menunggu kedatangan sang pangeran datang dan membawanya ke kamar.
Hingga pagi menjelang, tepat pukul 05.20 ia belum juga mendapati sang pangeran tidur pulas di sampingnya seperti biasanya. Masih kosong. Hampa dan sepi. Kemana sebenarnya sang pangeran pergi..? sampai pagi ia belum juga datang dan memeluknya. Sebuah pesan singkat ia dapatkan tepat pukul 06.00 yang menyatakan bahwa ia harus segera berlalu ke sebuah Rumah Sakit tak jauh dari tempaat kerja suaminya tersebut. Batinnya tersayat dan sangat pedih, ketika satu pesan itu ia terima. Ada apa gerangan..? mengapa ia diminta untuk pergi ke rumah sakit sepagi ini..?
Ia tak bisa menahan deru derai air matanya ketika seseorang memberitahunya apa yang terjadi dengan sang pangeran. Ia merapat dan mencoba melegakkan dirinya dengan perlahan  mendekati sosok yang terbujur kaku di sebuah ruangan sunyi. Yah, dia Argan, dia suami yang hampi semalam ini ia tunggu kedatangannya di rumah. Tapi mengapa ia tertutup rapi dengan sebuah kain berwarna putih..? kenapa banyak tetes darah menyayat tubuhnya..? dan mengapa ia tak bersuara..? mengapa ia diam saja..?
Banyak pertanyaan yang ia lontarkan dalam benaknya. Ia menyadari apa yang terjadi padanya dan suami. Argan meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis di sebuah jalan menuju rumahnya. Mobilnya terhempas sebuah truk bermuatan besi baja yang melaju dengan kecepatan tinggi. Argan tidakbisa mengendalikan laju mobilnay sehingga ia terhempas ke bibir jalan dan mengakibatkan ia tak bisa menghirup kehidupan selanjutnya bersama Azzurah.
“ Ayah…ayah bangun ayah..ini Bunda..sekarang bunda datang di dekat ayah..Bunda mohon bangun yah..bangun..lihat bunda dan peluk bunda sekarang ayah..” Tangisnya meledak.
“ Surat ini saya temukan di tas korban. Mungin ini untuk anda..” Seorang petugas kepolisian memberikannya sepucuk surat dengan amplip berwarna hijau kesukaannya.
Dibukanya lembar demi lembar kertas putih itu dan ia baca isi dari sepucuk surat itu. Dengan sangat tertatih ia memberanikan satu pesan singkat terakhir dari sang suami. Ia masih tak terbayangkan betapa suami yang sangat ia cintai tak lagi brsamanya untuk waktu yang tak bisa terbayangkan sebelumnya.




Bunda..
Ada deberapa yang ingin Ayah sampaikan sama bunda. Kamu masih ingat bukan..? tentang pertemuan kita setelah 4 tahun perpisahan sekolah. Dan tentang secangkir kopi hangat yang ayah taburkan garam di dalamnya. Saat itu ayah sangat gugup karena bertemu denganmu. Mangkanya ayah salah menyebut nama. Seharusnya ayh meminta gula pada pelayan itu. Namun justru garam yang ayah katakan. Padahal, ayah tidak suka dengan garam. Rasanya tidak enak sekali,bunda. Tapi ayah tidak berani mengatakannya pada bunda. Setiap hari bunda selalu memberikan garam pada ayah. Namun ayah terima dan ayah minum saja kopi asin tersebut. Karena ayah tidak mau mengecewakan bunda dengan menolak pemberian dari bunda setiap hari. Karena ayah sangat mencintai bunda lebih dari apapun. Tapi ayah coba menjalani semuanya dengan tanpa beban.
Selama pernikahn kita, ayah sangat bahagia meskipun bunda tidak bisa memberikan seorang anak untuk ayah. Karena ayah sudah sangat bahagia dengan memiliki bunda. Tanpa seorang anakpun, ayah sudah merasa bahagia hidup denganmu, buunda. Entah apa yang akan terjadi besok pada ayah, semuanya hanya Tuhan yang tahu. Namun yang jelas, ayah sangat mencintai bunda..

Cintamu
Argan..

Air matanya berhasil membuat lembar demi lembar surat itu menjadi basah dan kusut. Namun ia tetap melanjutkan membaca isi surat tersebut hingga terakhir.

Kadang kita merasa, bahwa mengenal seseorang itu lebih baik dari orang lain. Tapi hanya untuk menyadari bahwa pendapat kita tidak seperti yang kita gambarkan sebelumnya. Sama halnya seperti kopi asin itu. Kopi asin yang selama hidupnya terbubuhi dalam setiap waktu. Dan sekarang, tambahkanlah cinta dan kurangi benci dalam hidup kita. Karena terkadang, garam terasa lebih manis dibandingkan dengan gula. Kadang, secangkir the akan terasa semanis madu, jika yang memberi penuh dengan kehangatan cinta. Dan secangkir cokelat panas akan hambar terasa, jika yang membubuhi tidak dengan cinta. Maka tebarkan cinta pada sesama. Menjalin rasa berbagi rasa membuat hidup lebih bermakna.