Dalam sebuah
kesempatan yang tak terhitung bagaimana mengukur keindahannya, Argan datang
dengan menggunakan sebuah jas hitam dengan bawahan celana bahan yang nampak
layaknya seorang dermawan tinggi pada malam sendu. Wajahnya ia kerutkan sejuta
haru yang membahana jauh. Tak sedikitpun sisa-sisa kesedihan yang menempel di
wajahnya kerana sebuah perpisahan hina bersama Hani masalalunya. Ditatanya
rambut hitam itu dengan sangat rapih. Senyumnya mengumbar mesra. Jejak
langkahnya membaur dengan setiap pasang mata yang malam itu menggauli
pandangannya.
“ Tidak terasa
sudah hampir 4 tahun kita berpisah yah kawan..” Ucapnya mengawali perbincangan
mesranya bersama sahabat-sahabat lamanya.
Sebuah acara
membuatnya mengingat akan kisah-kisah indah yang ia alami bersama
teman-temannya dimasa SMA. Masih teringat jelas dalam benaknya sosok perempuan
yang sampai sekarang belum juga menjadikannya berani menatap akan cinta
pertamanya di waktu SMA. Dulu ia sosok yang sangat diam dan dingin pada perempuan.
Sampai dekat saja ia belum berani.
Azzura.
Sosok indah yang
beberapa tahun lalu menggambarkan betapa hari-harinya di SMA sangat indah.
Azzura adalah gadis dengan wajah yang sangat cantik dan pintar ketika mereka
masih duduk di bangku SMA. 2 tahun lamanya mereka dipertemukan dalam satu
kelas. Namun Argan hanya bisa menyembunyikan segala perasaannya dalam hati.
Sampai sekarangpun, perasaan itu masih ada. Meskipun air mata pernah ia
keluarkan ketika cintanya terenggut akan sebuah kecelakaan hebat hingga menimpa
orang yang sangat ia cintai, Hani.
Dilihatnya gadis
berambut panjang itu dengan seksama. Wajah itu masih terihat cantik seperti
dulu. Tak ada yang berubah dalam dirinya. Hanya saja,ia terlihat lebih gemuk
dibandingkan dengan sewaktu SMA dulu. Rambut hitam itu masih tergerai indah.
Argan mencob mendekati sosok yang dikenalnya sebagai bintang kelas tersebut
dengan langkah malu-malu. Ia masih merasa asing dihadapan Azura. Meskipun saat
ini, ia bukanlah Argan yang dulu. Argan yang pendiam, argan yang tidak berani
mendekati seorang gadis manapun, dan argan yang tidak pernah banyak tingkah.
Sekarang ia menjadi sosok yang sangat aktif dalam setiap kegiatan kemahasiswaan
di kampusnya.
“ Ghem..( berdehem
perlahan )..”
“ Argan..? apa
kabar sekarang..? beda yah..” Gadis tersebut menunjukan raut wajah yang sangat
beraroma khas. Senyumnya masih mengembang seperti dulu.
“ Baik. Sekarang
lagi sibuk apa azz..?” Dia mulai memberanikan dirinya membuang segala kegugupan
yang sering ia lakukan dulu.
Di bawah ramainya
suasana temu kangen semua alumni, keduanya amat sangat menikmati kerinduan yang
dalam setelah 4 tahun mereka tak sedikitpun berkomunikasi sama sekali. Entah
bagaimana cara melukiskan perasaan Argan saat itu. Selama 3 tahun menganal
dekat sosok Azzura, baru malam ini ia bisa begitu dekat dengan gadis yang akrab
disapa Azz itu. Entah apa yang membuatnya kali ini memberanikan diri untuk
bercengkrama ria dengannya.
“ Empat tahun ini
aku sibuk bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Semenjak Ayah meninggal,
akulah yang bertanggungjawab atas segalanya di rumah. Terlagi untuk Ibu dan
Adikku. Tapi Alhamdulillah, aku masih bisa meneruskan pendidikanku pada jurusan
Akuntasi di Jakarta. Kamu sendiri Ghan..?” Jelasnya dengan lembutnya
“ Aku sekarang
masih melanjutkan pendidikanku di sebuah Universitas Swasta di Jakarta. Jurusan
Managenent Perkantoran. Dan aku imbangi juga dengan bekerja membantu abangku di
perusahaannya.” Lanjutnya
Perbincangan
diantara mereka semakin indah dan menarik. Banyak hal yang mereka bicarakan dalam
pertemuan singkat tersebut. Banyak hal juga yang mereka ceritakan tentang
masa-masa indah 4 tahun lalu.
“ Mbak minta
garamnya sedikit untuk tambahan kopi saya yah..” Secara spontan, Argan meminta
sesendok garam untuk ia bubuhkan pada kopi hangatnya.
Ia masih terlihat
gugup dihadapan Azzura. Sehingga bicara saja masih sangat gugup. Sampai ia
meminta sesuatu yang sangat berbanding terbalik dengan yang ada. Semua pasang
mata memperhatikannya dengan sangat aneh. Mereka menganggap keluguan Argan
masih saja ia bawa sampai sekarang. Aneh,memang. Untuk apa ia memasukan garam
ke dalam secangkir kopinya. Bukan memasukan gula sebagai pelengkap kopi
hangatnya.
“ Garam..? kamu
suka garam ghan..? kenapa..?” Sontan Azzurah terkejut dan langsung bertanya
pada Argan.
“ E..e..e.. ia.
Dari dulu aku memang sangat suka menambahi garam pada kopi. Harusnya gula, tapi
aku lebih suka garam. Karena dulu ayahku seorang petani garam di desa. Dan
garam semakin mengingatkan aku pada sosok Ayah. Sosok ayah yang sangat aku
kagumi.”
Entah benar atau
tidak, yang pasti ia melakukannya secara spontan. Tak ada cara lain yang dapat
ia katakana ketika harus berhadapan lama dengan orang yang betahun-tahun ia
sukai namun tak bisa ia miliki.
@@@
Semenjak kejadian
yang sangat mencuri perhatian setiap pasang mata termasuk Azzurah, Argan
senantiasa membiasakan dirinya untuk selalu menambahkan sesendok garam pada
secangkir kopi hangatnya. Terlagi ketika bersama Azzura dimanapun. Entah apa
dan bagaimana rasanya meminum kopi yang seharusnya berasa manis, namun karena
garam yang ia campur sehingga berubah menjadi asin rasanya. Angat aneh dan unik
mungin. Bukan hanya satu atau dua sendok saja ia bubuhkan garam pada minumannya
ketika bersama Azzurah. Namun beberapa kali ia melakukannya dalam satu waktu.
“ Bagaimana
rasanya meminu kopi dengan tambahan garam..?” Tanya Azzurah suatu ketika.
“ Manis..enak..dan
sangat melegenda. Karena setiap kali aku meminumnya, aku pasti teringat kampong
halamanku di rumah. Aku teringat masa kecilku bersama keluarga kecilku. Dan
teringat semua masa-masa bermainku bersama sahabat-sahabat kecilku di
kampung..”
“ Memang benar.
Kamu adalah sosok yang sangat tepat. Kamu sangat sayang terhadap keluargamu,
kampong halamanmu, dan tidak melupakan masa kecilmu sedikitpun. Jarag sekali ada
laki-laki yang seperti itu.”
Pembicaraan
merekapun sangat terarah. Sedikit demi sedikit, Argan mampu membiasakan dirinya
beradaptasi dengan perasaannya pada Azzurah. Ia ceritakan sedikit tentang masa
kecilnya bersama beberapa temannya di kampong, dan beberapa keindahan
kampungnya yang dekat dengan laut. Ia ceritakan semua tentang
kebodohan-kebodohannya dimasa SMA bersama teman-teman satu kelasnya termasuk
Azzurah. Termasuk sebuah masa dimana ia harus kehilangan orang yang ia cintai
akibat kecelakaan tragis yang menimpa Hani.
Bukan hanya Argan
yang menceritakan kisahnya secara panjang lebar. Namun Azzurahpun tak mau
ketinggalan dengan segala keunikan masa kecil Argan bersama teman-temannya di
kampong. Azzurah menceritakan sebuah kejadian yang sampai sekarang masih ia
kenang dalam benaknya. Yaitu ketika ia harus kehilangan Ayah yang sangat ia
sayangi dan ia harus menjadi tulang punggung keluarga. Sangat berat saat itu ia
jalani. Seandainya ketika itu tak ada orang-orang terdeatnya yang senantiasa
memberikannya motivasi, mungkin ia tak akan bisa setegar sperti sekarang ini.
Tak bisa menjadi Azzura seperti sekarang ini.
“ Kamu termasuk
perempuan yang sangat kuat dan hebat Azz. Hidup kamu sangat berat. Dan jarang
ada perempuan yang bisa sekuat kamu dalam menjalani kehidupan ini. Semoga
segalanya tetap dipermudah yah..”
“ Terima kasih
Ghan..”
“ Oh Tuhan..butuh
kali ini saja, aku bisa lebih dekat untuk menatap mata indahnya. Izunkan aku
untuk selalu menjaga senymnya. Dan izinkan aku sekali ini saja agar bisa terus
menjaga hari-harinya..” Benaknya berucap
@@@
Waktu secepat
kilat membiaskan segala macam kerapuahn dan keindahan sang cinta. Seperti dalam
sebuah dongeng, Argan bak pangeran dari Negeri awan yang mengindahkan segala
macam cara demi sebuah cinta masa lalunya bersama Azzurah. Ia merasakan
beberapa kata mulai merajut asanya. Dan beberapa kalimatnya telah menjadi
jawaban akan sebuah cinta dalam hatinya. Ditatapnya kisah pedih bersamya Hani.
Ia ingin menghapus segalanya dengan mancairkan hatinya bersama orang yang
menjadi cinta terpendamnya bersama Azzurah.
Dan laksana
seorang puteri dari Negeri bunga, Azzura mendekatkan dirinya pada
ketentun-ketentuan sang pangeran. Banyak hal yang bisa ia dapatkan dalam sebuah
pembicaraan singkat dimalam syahdu.
Kopi asin mempertemukan
dua hati yang sekian lama terdiam akan sejuta kekecewaan di masa lalu. Tepat di
hari jadi Azzurah yang ke 22 tahun, Argan memberanikan diri untuk menginkatnya
dan menghantarknnya pada kehidupan yang adabi. Pada kehidupan dua anak manusia
yang mampu membiaskan sejuta keindahan di dalamnya. Argan menikahi Azzurah
dengan sangat megah dan indah. Pernikahan mereka dihadiri oleh semua kerabat
mereka suatu di SMA. Dua orang yang sangat berbeda jauh, bisa menjadi satu
dengan hanya mengikatkan sebuah kata cinta di dalamnya.
“ Selamat yah
Ghan..ini bukan cinta dalam hati lagi. Tapi cinta dalam selimut.” Ledek salah
seorang sahabat dekat Argan.
“ Wakh..jangan
diomongin di sini lah. Aku malu. Coba saja dari dulu aku bisa menikahi Azzurah.
Mungkin sekarang kita sudah punya anak 11 yah..” Canda’an mereka meledak.
Memecahkan ramai dan megahnya suasana pernikahan yang bernuansa hijau muda itu,
sesuai keinginan Azzurah.
Senyum tak
henti-hentinya ia lemparkan kepada setiap tamu undangan yang memberika sejuta
do’a untuknya dan sang putri yang saat ini telah resmi menjadi miliknya
tersebut. Gaun hijau muda itu semakin menambah indah dan anggunnya gadis yang
bernama lengkap Azzurah Robiyatuzzanwa itu. Terlagi beberapa hiasan bunga yang
melengkapi setiap sudut ruangan dan indhnya warna-warni lampu yang terus
memancarkan terangnya di malam indah itu.
Lesung pipinya
semakin menambah indah dan sedunya kecantikan gadis di dekat Argan itu.
Sesekali ia membisikkan sesuatu di telinga Argan dengan lembut. Tak ada
seorangpun yang mampu membacanya. Hanya ia dan sang pangeran sajalah yang bisa
menambahkan kemesraan diantara keduanya.
@@@
5 lima tahun
berlalu begitu cepatnya. Dalam waktu singkat itu pulalah pernikahan keduanya
berlangsung. Sangat tidak menumbuhkan rasa keingintahuan mengapa waktu begitu
sangat cepat berlalu. Namun sampai detik ini pun, tidak ada suara tangis bayi
yang menghiasi sebuah rumah laksana istana dalam Negri dongeng tersebut. Tidak
ada rengakan seorang anak yang meminta uang jajan terhadap ibunya. Tidak ada tangisan
seorang anak yang menjerit kesakitan karena kenakalannya. Hampir mendekati usia
pernikahan mereka yang ke lima, Tuhan belum mengizinkan mereka untuk memiliki
buah hati. Entah karena apa ataupun bagaimana. Namun itu tidak menjadikan
kemesraan dan keindahan cinta di rumah megah itu seketika memudar. Argan masih
seperti dulu. Cintanya kepada Azzurah masih ia jaga sampai saat ini, meskipun
ia tahu permaisurinya tersebut tidak bisa memiliki seorang anak.
Setiap pagi dalam
kesehariannya, Azzurah senantiasa menyediakan secangkir kopi hangat dengan
garam di dalamnya sebelum pangerannya tersebut memulai aktifitasnya. Tak
sedikitpun ia lupa apa kesukaan sang pangerannya.
“ Ayah..kopi
hangatnya sudah Bunda sediakan di atas meja makan. Kita sarapan bareng yuk..”
Ajak Azzurah suatu pagi
“ Ia
bunda..sebentar lagi ayah ke situ. Jangan lupa garamnya yah Bundaku sayang..”
Beberapa rasa
tercampur dengan indahnya. Meskipun ia tahu, bertahun-tahun secngkir kopi
hangat dengan garam di dalamnya. Ia tahu bagaimana tidak enaknya rasa yang
terkandung dalam secangkir kopi itu. Namun bagaimana perasaannya jika ia tidak
meminum kopi buatan istri tercintanya itu. Pasti Azzurah akan sangat kecewa
dengan pangerannya tersebut. Namun demi sebuah cinta, diminumnyalah secangkir
kopi hangat itu setiap waktu.
“ Ma’afkan Bunda
ya Yah..sampai detik inipun, tidak ada tanda-tanda bahwa aku akan emiliki
seorang anak darimu. Aku bukan seorang wanita yang sempurna.”
“ Itu tidak pernah
aku permasalahkan Bunda, selama ini Ayah sudah cukup bahagia dengan semua ini.
Memilikimu saja aku sudah sangat bersyukur kepada Tuhan. Karena do’aku
terkabulkan.”
“ Lalu bagaimana
dengan kopi asin ini. Apa Ayah tidak bosan setiap hari Bunda selalu
membuatkannya untuk Ayah..?”
“ Tidak ada yang
membosankan jika itu dari tangan Bunda sendiri. Karena Ayah sangat mencintai
Bunda..”
Bagaimanapun
pertanyaannya tentang kopi itu, pasti jawabannya adalah tidak enak sama sekali.
Namun Argan membuangnya jauh-jauh dari pikirannya. Ia anggap semua itu sebagian
kecil dari perjuangan cintanya pada sang permaisuri.
Setiap wanita akan
merasa dirinya tidak sempurna jika ia beu juga memberikan seorang anak untuk
suaminya. Begitu juga dengan apa yang dirasakan Azzura terhadap Argan. Tak
sedikit waktunya untuk memikirkan kapan harapan dan impiannya untuk memiliki
anak itu dapat terwujud. Selama ini rumahnya sangat sepi tanpa kehadiran
seorang anak di sisi mereka. Seakan hampa dengan kesenyapan itu. Seakan sunyi
dengan segala kekosongan itu. Namun cinta membuat keduanya bertahan sampai
sekarang. Tak ada kata terucap selain kata cinta untuk melingkupi hati dan
perasaan keduanya saat sekarang ini.
@@@
Tak biasanya
semalam ini Argan belum juga mengetuk pintu rumah mereka dan memberikan sebuah
kecupan hangat di keningnya. Sampai pukul 23.00 pun, ia belum juga menyambutnya
dengan senyuman hangat. Sampai pada akhirnya, ia rebahkan tubuhnya pada sebuah
sofa di ruang tamu. Sembari menunggu kedatangan sang pangeran datang dan
membawanya ke kamar.
Hingga pagi
menjelang, tepat pukul 05.20 ia belum juga mendapati sang pangeran tidur pulas
di sampingnya seperti biasanya. Masih kosong. Hampa dan sepi. Kemana sebenarnya
sang pangeran pergi..? sampai pagi ia belum juga datang dan memeluknya. Sebuah
pesan singkat ia dapatkan tepat pukul 06.00 yang menyatakan bahwa ia harus
segera berlalu ke sebuah Rumah Sakit tak jauh dari tempaat kerja suaminya
tersebut. Batinnya tersayat dan sangat pedih, ketika satu pesan itu ia terima.
Ada apa gerangan..? mengapa ia diminta untuk pergi ke rumah sakit sepagi ini..?
Ia tak bisa
menahan deru derai air matanya ketika seseorang memberitahunya apa yang terjadi
dengan sang pangeran. Ia merapat dan mencoba melegakkan dirinya dengan
perlahan mendekati sosok yang terbujur
kaku di sebuah ruangan sunyi. Yah, dia Argan, dia suami yang hampi semalam ini
ia tunggu kedatangannya di rumah. Tapi mengapa ia tertutup rapi dengan sebuah
kain berwarna putih..? kenapa banyak tetes darah menyayat tubuhnya..? dan
mengapa ia tak bersuara..? mengapa ia diam saja..?
Banyak pertanyaan
yang ia lontarkan dalam benaknya. Ia menyadari apa yang terjadi padanya dan
suami. Argan meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis di sebuah jalan menuju
rumahnya. Mobilnya terhempas sebuah truk bermuatan besi baja yang melaju dengan
kecepatan tinggi. Argan tidakbisa mengendalikan laju mobilnay sehingga ia
terhempas ke bibir jalan dan mengakibatkan ia tak bisa menghirup kehidupan
selanjutnya bersama Azzurah.
“ Ayah…ayah bangun
ayah..ini Bunda..sekarang bunda datang di dekat ayah..Bunda mohon bangun
yah..bangun..lihat bunda dan peluk bunda sekarang ayah..” Tangisnya meledak.
“ Surat ini saya
temukan di tas korban. Mungin ini untuk anda..” Seorang petugas kepolisian
memberikannya sepucuk surat dengan amplip berwarna hijau kesukaannya.
Dibukanya lembar
demi lembar kertas putih itu dan ia baca isi dari sepucuk surat itu. Dengan
sangat tertatih ia memberanikan satu pesan singkat terakhir dari sang suami. Ia
masih tak terbayangkan betapa suami yang sangat ia cintai tak lagi brsamanya
untuk waktu yang tak bisa terbayangkan sebelumnya.
Bunda..
Ada
deberapa yang ingin Ayah sampaikan sama bunda. Kamu masih ingat bukan..?
tentang pertemuan kita setelah 4 tahun perpisahan sekolah. Dan tentang
secangkir kopi hangat yang ayah taburkan garam di dalamnya. Saat itu ayah
sangat gugup karena bertemu denganmu. Mangkanya ayah salah menyebut nama.
Seharusnya ayh meminta gula pada pelayan itu. Namun justru garam yang ayah
katakan. Padahal, ayah tidak suka dengan garam. Rasanya tidak enak
sekali,bunda. Tapi ayah tidak berani mengatakannya pada bunda. Setiap hari
bunda selalu memberikan garam pada ayah. Namun ayah terima dan ayah minum saja
kopi asin tersebut. Karena ayah tidak mau mengecewakan bunda dengan menolak
pemberian dari bunda setiap hari. Karena ayah sangat mencintai bunda lebih dari
apapun. Tapi ayah coba menjalani semuanya dengan tanpa beban.
Selama
pernikahn kita, ayah sangat bahagia meskipun bunda tidak bisa memberikan
seorang anak untuk ayah. Karena ayah sudah sangat bahagia dengan memiliki
bunda. Tanpa seorang anakpun, ayah sudah merasa bahagia hidup denganmu, buunda.
Entah apa yang akan terjadi besok pada ayah, semuanya hanya Tuhan yang tahu.
Namun yang jelas, ayah sangat mencintai bunda..
Cintamu
Argan..
Air matanya
berhasil membuat lembar demi lembar surat itu menjadi basah dan kusut. Namun ia
tetap melanjutkan membaca isi surat tersebut hingga terakhir.
Kadang kita
merasa, bahwa mengenal seseorang itu lebih baik dari orang lain. Tapi hanya
untuk menyadari bahwa pendapat kita tidak seperti yang kita gambarkan
sebelumnya. Sama halnya seperti kopi asin itu. Kopi asin yang selama hidupnya
terbubuhi dalam setiap waktu. Dan sekarang, tambahkanlah cinta dan kurangi
benci dalam hidup kita. Karena terkadang, garam terasa lebih manis dibandingkan
dengan gula. Kadang, secangkir the akan terasa semanis madu, jika yang memberi
penuh dengan kehangatan cinta. Dan secangkir cokelat panas akan hambar terasa,
jika yang membubuhi tidak dengan cinta. Maka tebarkan cinta pada sesama.
Menjalin rasa berbagi rasa membuat hidup lebih bermakna.