“Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(Qs. Al-Imran
190-191)
Kaum muslimin di
negeri ini adalah mayoritas. Hal itu merupakan kelebihan dibandingkan negara
lain se-Asia tenggara ini. Meskipun begitu, Indonesia dengan banyak umat Islam
didalamnya justru menjadi sasaran kapitalisme yang berujung pada kristenisasi.
Hal ini bisa terlihat ketika zaman sekarang ini beredar produk-produk kapitalis
yang membahayakan moral dan kualitas keimanan seluruh umat muslim, mulai dari
makanan, fashion, maupun hiburan. Sebagai anak bangsa kita semua
prihatin atas situasi dan kondisi negara
Indonesia
tercinta, yang kian terpuruk dengan
krisis multidimensi yang sepertinya tak kunjung berakhir. Melihat kenyataan yang demikian ini, kita
harus mengakui kelemahan
dan kekurangan umat Islam saat ini. Ini semua merupakan peringatan agar umat Islam
mau berubah menjadi lebih baik, meninggalkan kemaksiatan, tak
mudah larut dengan adanya modernisasi dan semakin mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan dengan meningkatkan iman dan
ketaqwaan.
Islam
Sebagai Sistem Kehidupan
Langkah awal perubahan umat Islam adalah dengan upaya meluruskan kembali pola
pikir kita sebagai seorang muslim, perlunya mengembalikan cara pandang kita
terhadap Islam dan selanjutnya menggunakan paradigma Islam dalam memandang kehidupan dan dalam
memandang dunia ini secara holistik. Islam merupakan sebuah system kehidupan bisa dipahami
melalui kerangka dasar atau esensi Islam, yang meliputi system aqidah, syariah
dan akhlak. Aqidah adalah suatu system keyakinan, power penggerak dalam menjalani system syariah .
Aqidah Islam meletakkan landasan pada
konsepsi tauhid, mengesakan Tuhan, Allah Swt. Menumbuhkan keimanan kuat
pada setiap pribadi muslim. Aqidah Islam dengan konsepsi tauhid adalah bersumber dari kalimat tauhid “Laa
ilaaha illallah”.
Tidak ada tuhan selain Allah. Juga diiringi kalimat “Muhammadur
Rasulullah” sebagai bentuk
pengakuan akan kerasulan Mumhammad Saw. Dua kalimat syahadat ini adalah kekuatan yang luar biasa sebagai modal dalam pribadi-pribadi muslim untuk mendorong
terlaksananya syariah Islam. Untuk
menumbuhkan keimanan, disamping memahami karakteristik Allah yang absolute,
distinct dan unique, juga dengan mengenal dan
memahami Allah lewat ciptaan-Nya.
Cara pandang Islam tentang alam
semesta, memberi pengetahuan pada kita tentang ciptaan Allah berupa alam ghoib yang memang kita yakini
keberadaannya. Keyakinan akan
adanya alam ghoib seperti malaikat, syaitan, surga, neraka, akhirat dan
sebagainya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keimanan kepada Allah Swt. Demikian
juga cara pandang Islam tentang alam semesta memberikan pengetahuan tentang
penciptaan alam semesta, fenomena alam, karakteristik alam.
Dengan memahami alam semesta juga
semakin menguatkan keimanan kita kepada Allah Swt. Iman dengan ma’rifatullah (mengenal Allah) dan ma’rifatu fi
khaqillah(mengenal ciptaan Allah) adalah iman yang didasari ilmu. Keimanan yang demikian adalah iman yang tak
tergoyahkan. Sedangkan akhlak adalah
perwujudan aqidah Islam dalam bentuk perilaku
keseharian yang lahir dengan nilai-nilai keilahian. Jika aqidah Islam didasarkan pada konsepsi tauhid,
maka akhlaq Islam tumbuh berdasarkan
konsepsi ‘adl (adil), ‘arif (bijaksana), rahman (kasih), rahim (sayang),
hub (cinta) dan nilai-nilai keilahian lainnya. Dari sinilah munculnya akhlaq
Islam, Akhlaq Qur’ani yang merupakan
akhlaq yang mulia. Dengan kekuatan
system aqidah dan akhlaq Islam inilah, syariah Islam dapat dilaksanakan secara harmonis.
Pendidikan
Manusia Tauhid
Tauhid dalam pemikiran Islam berfungsi untuk mentransformasikan
setiap individu menjadi “manusia tauhid” yang lebih kurang harus ideal, dalam
arti memiliki sifat-sifat mulia dan komitmen kepada penegakkan
kebenaran-kebenaran dan keadilan. Berbagai atribut manusia tauhid yang
diharapkan lahir dari rahim pendidikan adalah, pertama; memiliki komitmen utuh,
tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Ia berusaha secara maksimal menjalankan
pesan dan perintah Tuhan sesuai dengan kadar kemampuannya. Kedua; menolak
segala pedoman dan pandangan hidup yang
bukan datang dari Allah SWT. Dalam konteks masyarakat manusia, penolakkan ini
berarti emansipasi dan restorasi kebebasan esensialnya dari seluruh belenggu
buatan manusia supaya komitmennya pada Allah menjadi utuh dan kokoh.
Ketiga; bersikap progressif dengan selalu
melakukan penilaian terhadap kualitas hidupnya, adat istiadat, tradisi, dan
faham hidupnya. Bila dalam penilaian nya terdapat unsur-unsur syirik dalam arti
luas maka ia tidak segan-segan merubah
dan mengubahnya agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah. Manusia tauhid akan selalu bersikap progressive inovative karena ia tidak pernah
menolak perubahan yang positif.
Keempat, tujuan hidupnya amat jelas.
Ibadatnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya, selalu ditunjukkan untuk dan demi
Allah semata. Inilah komitmen yang selalu diucapkan berkali-kali
dalam setiap shalatnya. Manusia tauhid tidak kan mudah terjerat ke dalam nilai-nilai
palsu atau hal-hal yang tanpa nilai. Atribut-atribut duniawiyah seperti
kekayaan, kekuasaan dan kesenangan hidup
bukanlah tujuan hidupnya. Sebaliknya, hal-hal tersebut dipandang sebagai
sarana belaka untuk mencapai keridhoan Allah SWT.
Kelima; manusia tauhid memiliki visi dan
misi yang jelas tentang kehidupan yang akan dibangunnya bersama manusia-manusia lainnya. Suatu
kehidupan yang sentausa, aman, dan makmur (baldatun thayyiobatun wa rabbun
Ghafur), demokratis, egalter, manusiawi, dan menjaga keharmonisan dengan
lingkungan hidupnya, dan sesamanya serta dirinya sendiri. Pada gilirannya, visi
tersebut mendorongnya untuk mengubah dan membangun dunia dan masyarakat sekelilingnya.