Selasa, 03 Desember 2013

HMI KU " AKANKAH PUDAR PESONA IMANKU????"

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(Qs. Al-Imran 190-191)

            Kaum muslimin di negeri ini adalah mayoritas. Hal itu merupakan kelebihan dibandingkan negara lain se-Asia tenggara ini. Meskipun begitu, Indonesia dengan banyak umat Islam didalamnya justru menjadi sasaran kapitalisme yang berujung pada kristenisasi. Hal ini bisa terlihat ketika zaman sekarang ini beredar produk-produk kapitalis yang membahayakan moral dan kualitas keimanan seluruh umat muslim, mulai dari makanan, fashion, maupun hiburan. Sebagai anak bangsa kita semua prihatin atas situasi dan kondisi negara Indonesia tercinta, yang kian terpuruk dengan krisis multidimensi yang sepertinya tak kunjung berakhir. Melihat kenyataan yang demikian ini, kita harus mengakui kelemahan dan kekurangan umat Islam saat ini. Ini semua merupakan peringatan agar umat Islam mau berubah menjadi lebih baik, meninggalkan kemaksiatan, tak mudah larut dengan adanya modernisasi dan semakin mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan dengan meningkatkan iman dan ketaqwaan.
Islam Sebagai Sistem Kehidupan
Langkah awal perubahan umat Islam adalah dengan upaya meluruskan kembali pola pikir kita sebagai seorang muslim, perlunya mengembalikan cara pandang kita terhadap Islam dan selanjutnya menggunakan paradigma Islam dalam memandang kehidupan dan dalam memandang dunia ini secara holistik. Islam merupakan sebuah system kehidupan bisa dipahami melalui kerangka dasar atau esensi Islam, yang meliputi system aqidah, syariah dan akhlak. Aqidah adalah suatu system keyakinan, power penggerak dalam menjalani system syariah . Aqidah Islam meletakkan landasan pada konsepsi tauhid, mengesakan Tuhan, Allah Swt. Menumbuhkan keimanan kuat pada setiap pribadi muslim. Aqidah Islam dengan konsepsi tauhid adalah bersumber dari kalimat tauhid Laa ilaaha illallah. Tidak ada tuhan selain Allah. Juga diiringi kalimat “Muhammadur Rasulullah” sebagai bentuk pengakuan akan kerasulan Mumhammad Saw. Dua kalimat syahadat ini adalah kekuatan yang luar biasa sebagai modal dalam pribadi-pribadi muslim untuk mendorong terlaksananya syariah Islam. Untuk menumbuhkan keimanan, disamping memahami karakteristik Allah yang absolute, distinct dan unique, juga dengan mengenal dan memahami Allah lewat ciptaan-Nya. Cara pandang Islam tentang alam semesta, memberi pengetahuan pada kita tentang ciptaan Allah berupa alam ghoib yang memang kita yakini keberadaannya. Keyakinan akan adanya alam ghoib seperti malaikat, syaitan, surga, neraka, akhirat dan sebagainya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keimanan kepada Allah Swt. Demikian juga cara pandang Islam tentang alam semesta memberikan pengetahuan tentang penciptaan alam semesta, fenomena alam, karakteristik alam. Dengan memahami alam semesta juga semakin menguatkan keimanan kita kepada Allah Swt. Iman dengan ma’rifatullah (mengenal Allah) dan ma’rifatu fi khaqillah(mengenal ciptaan Allah) adalah iman yang didasari ilmu. Keimanan yang demikian adalah iman yang tak tergoyahkan. Sedangkan akhlak adalah perwujudan aqidah Islam dalam bentuk perilaku keseharian yang lahir dengan nilai-nilai keilahian. Jika aqidah Islam didasarkan pada konsepsi tauhid, maka akhlaq Islam tumbuh berdasarkan konsepsi ‘adl (adil), ‘arif (bijaksana), rahman (kasih), rahim (sayang), hub (cinta) dan nilai-nilai keilahian lainnya. Dari sinilah munculnya akhlaq Islam, Akhlaq Qur’ani yang merupakan akhlaq yang mulia. Dengan kekuatan system aqidah dan akhlaq Islam inilah, syariah Islam dapat dilaksanakan secara harmonis.
Pendidikan Manusia Tauhid
Tauhid dalam pemikiran Islam berfungsi untuk mentransformasikan setiap individu menjadi “manusia tauhid” yang lebih kurang harus ideal, dalam arti memiliki sifat-sifat mulia dan komitmen kepada penegakkan kebenaran-kebenaran dan keadilan. Berbagai atribut manusia tauhid yang diharapkan lahir dari rahim pendidikan adalah, pertama; memiliki komitmen utuh, tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Ia berusaha secara maksimal menjalankan pesan dan perintah Tuhan sesuai dengan kadar kemampuannya. Kedua; menolak segala pedoman dan pandangan hidup  yang bukan datang dari Allah SWT. Dalam konteks masyarakat manusia, penolakkan ini berarti emansipasi dan restorasi kebebasan esensialnya dari seluruh belenggu buatan manusia supaya komitmennya pada Allah menjadi utuh dan kokoh.
Ketiga; bersikap progressif dengan selalu melakukan penilaian terhadap kualitas hidupnya, adat istiadat, tradisi, dan faham hidupnya. Bila dalam penilaian nya terdapat unsur-unsur syirik dalam arti luas  maka ia tidak segan-segan merubah dan mengubahnya agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah. Manusia tauhid akan selalu bersikap  progressive inovative karena ia tidak pernah menolak perubahan yang positif.
Keempat, tujuan hidupnya amat jelas. Ibadatnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya, selalu ditunjukkan untuk dan demi Allah semata. Inilah komitmen yang selalu diucapkan  berkali-kali  dalam setiap shalatnya. Manusia tauhid tidak kan mudah terjerat ke dalam nilai-nilai palsu atau hal-hal yang tanpa nilai. Atribut-atribut duniawiyah seperti kekayaan, kekuasaan dan kesenangan hidup  bukanlah tujuan hidupnya. Sebaliknya, hal-hal tersebut dipandang sebagai sarana belaka untuk mencapai keridhoan Allah SWT.
Kelima; manusia tauhid memiliki visi dan misi yang jelas tentang kehidupan yang akan dibangunnya  bersama manusia-manusia lainnya. Suatu kehidupan yang sentausa, aman, dan makmur (baldatun thayyiobatun wa rabbun Ghafur), demokratis, egalter, manusiawi, dan menjaga keharmonisan dengan lingkungan hidupnya, dan sesamanya serta dirinya sendiri. Pada gilirannya, visi tersebut mendorongnya untuk mengubah dan membangun  dunia dan masyarakat sekelilingnya.