Semarang, 20 Desember 2012
@@@
Pak Hindun salah seorang kepala desa yang mempunyai anak laki-laki paling bening dan paling pintar di desaku. Ia sedang berusaha mengajak seluruh warganya untuk berjaga-jaga di pos kamling setiap malam. Hampir lima sampai tujuh orang diberi tugas untuk bergiliran menjadi sahabat nyamuk dan binatang-binatang malam lainnya. Terkadang, beberapa kue terhidang dengan hangat untuk sekedar menemani kegiatan malam mereka. Atau hanya segelas kopi pahit dengan gula yang tersedia dari salah seorang warga. Desa Mentahan menjadi sebuah desa yang akhir-akhir ini menjadi sedikit menyeramkan setelah kemunculan sosok wanita yang dikabarkan sebagai hantu kuntilanak. Entah berita itu benar atau hanya sedikit angin belaka, aku saja tidak tahu menau tentang kebenaran beritanya. Yang jelas, bagi orang tua yang memiliki anak bayi ataupun anak-anak yang masih terbilang kecil, tidak diperbolehkan untuk keluar malam tanpa adanya orang yang menemaninya. Tapi bukan berarti aku juga dilarang keras untuk tidak boleh keluar malam. Aku termasuk orang yang tidak suka hanya duduk manis seperti putri kerajaan di rumah dan diiringi oleh pendawa-pendawa manis yang setiap kali mengabulkan semua permintaanku. Kalaupun ia, aku juga akan sangat bahagia sekali.
Banyak yang mengatakan aku adalah laki-laki yang menjadi perempuan. Atau perempuan yang menjadi laki-laki. Atau bagaimanalah pernyataan mereka tentang aku. Yang jelas aku asli perempuan tulen. Memang, aku sedikit terlihat seperti anak laki-laki. Karena rambutku sengaja aku potong seperti anak laki-laki. Tapi aku tetaplah anak perempuan. Semua sahabatku di desa anak laki-laki, kecuali sahabat dekatku Gina. Dia orang paling aku cintai setelah bapak dan ibuku. Gina sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri. Aku dan Gina juga sempat menyukai satu orang yang sama di desa. Yaitu Haris, anak Pak Hindun yang paling bening dan pinter itu. Dia teman SD kami. Tapi hidupnya hampir tidak pernah di desa. Dia sekarang sedang melanjutkan sekolahnya di Yogyakarta. Kota besar yang sampai saat ini menjadi kota impianku. Kota indah yang menjadi persinggahan orang-orang bule. Dan kota unik dengan segala kebudayaannya yang khas jawa. Tapi, itu tetap menjadi impianku sampai sekarang. Bagaimana bisa aku pergi ke Yogyakarta, sedangkan aku saja tidak punya uang dan aku bukan anak orang tajir seperti orangtua Haris. Yah, kenapa aku jadi curhat soal perasaan gini yah..?
Balik lagi kecerita desaku yang konon menjadi desa paling angker untuk sekarang-sekarang ini. Pasalnya, Doni, temanku yang orangnya paling nakal juga pernah melihat sosok yang katanya mirip dengan kuntilanak itu waktu dia pergi ke rumah Toni di dekat kuburan. Belum lagi cerita Ibu Tuti, janda beranak lima yang super centil dan latah itu. Ia juga pernah bertemu dengan sosok itu ketika mengantar anaknya yang keemat pergi mengaji ke rumahnya Ustadz Lukman. Tapi ia bukannya kabur karena seram, justru mengajaknya berbincang-bincang agar cepat mendapat jodoh pengganti suaminya yang mati karena kecelakaan sepeda motor di jalanan pasar. Ada lagi Laila, anak paling manja di kelasku yang setiap hari kerjaannya hanya memegang cermin dan bedak di kelas itu sempat bertemu dan bahkan ngobrol dengan sosok itu di dekat pekarangan rumahnya. Atau itu Cuma alusinasinya karena dia sangat terobsesi menjadi artis dangdut. Padahal kalau kita tahu suaranya, heummmm sudah mirip dengan bunyi kelenteng di gereja. Sangat-sangat nyaring tak bertulang.
Dan masih banyak lagi cerita-cerita orang-orang desaku tentang sosok yang mirip kuntilanak itu. Tapi sampai detik ini, aku belum juga melihat sosoknya. Kalaupun sempat, aku Cuma mau agar Haris bisa suka juga sama aku. Oooopppzz, apa hubungannya bertemu kuntilanak dengan Haris yah..? yah pokoknya inti permasalahannya di situ. Karena aku belum pernah melihat atau bertemu langsung dengan sosok misterius itu, jadi aku juga sedikit tidak percaya dengan semua cerita orang- orang itu.
@@@
Aku berlari secpeat mungkin agar Pak Rustono tidak mengernyitkan dahinya karena melihatku terlambat lagi. Sudah hampir lima kali aku masuk terlambat dalam pelajarannya. Pelajaran MATEMATIKA. Pelajaran yang sampai saat ini berhasil membuat perutku selalu keroncongan dan kepalaku menjadi pusing tingkat kecamatan. Hadeuuuhh.. walaupun gurunya mau seganteng apapun, kalau pelajarannya matematika juga tetap saja tidak merubah penyakitku yang satu ini. Dari dulu sama pelajaran ini paling tidak bersahabat. Tapi yang membuat semua anak-anak di kelas kaget, kenapa aku bisa selalu mendapat peringkat dan nilai matematikaku selalu tinggi debandingkan dengan mereka. Sangat dan sangat aneh memang. Dan hal yang paling membosankan adalah ketika Pah Rustono harus memintaku untuk mengerjakan semua soal-soal anak kelas XII, yang sudah jelas belum menjadi makananku karena aku masih kelas X.
“ Terlambat lagi kamu Tantri..? Sudah berapa kali Bapak bilang sama kamu jangan terlambat untuk pelajaran Bapak. Nanti siang ada tambahan mata pelajaran Bapak di kelas XII yang harus kamu pelajari untuk perlomba’an bulan depan. “ Mulut Pak Rusy sudah mulai bercocok tanam dihadapanku.
Terpaksa aku harus menunjukan raut wajah yang sedikit dibumbui semangat tinggi agar Pak Rus tidak terus menerus memintaku untuk menuruti permintaannya. Dan aku langsung menghampiri beberapa sahabatku yang sedari tadi terus menertawakanku di belakang. Ingin rasanya aku menjitak kepala mereka satu persatu dan membawa mereka ke kuburan dekat dengan isu tentang sosok kuntilanak itu.
“ Seneng banget yah pada ketawa liat aku kaya gini.. “
“ Bukan gitu tantriku sayang… tapi emang kita semua seneng banget liat kamu dimarahin Pak Rusy. Lagian tiap malam ronda terus, jadi nggak pernah bisa bangun pagi kan…” Gina menela’ah raut wajahku yang semakin membisu.
Mereka semua tertawa riang..
Sampai lupa tentang ceritaku kemarin. Beralih lagi dengan semua cerita-cerita itu, semua teman-temanku di kelas heboh membahas cerita Gugun tentang malam pertamanya jalan dengan Yeni anak desa sebelah. Kejadiannya malam minggu kemarin di pasar malam yang dekat dengan rumah Gina. Aku belum terlalu jelas apa yang diceritakan oleh Gugun. Bagaimana semuanya bisa jelas dengan certa horornya. Dia malah asyik menceritakan malam pertamanya ngapelin pacar barunya si Yeni yang terkenal suka bikin puisi itu.
“ Gun.. bener kamu teh kemarin ketemu sama si kuntilanak itu..? yang bener atuh gun..? jangan bikin desa kita jadi keliatan horornya banget. Saya juga teh meuni takut pissan euy..” Celoteh Asep dengan logat sundanya yang sangat kental sekental bubur sumsumnya Ceu Mimin. Dia orang Sukabumi yang merantau ke desaku.
“ Ya bener atuh Asep markasep… anaknya Bapak Jojon… Saya kemarin ketemu sama hantu kuntilanak. Pake baju warna… “ Gugun belum sempat melanjutkan cerita horornya, bel sudah terburu memanggil seisi sekolah untuk beralih profesi menjadi pembeli aktif di kantin.
Cerita tentang isu hantu kuntilanak di desa kami belum selesai sampai di Gugun saja. Aku sedikit mencari informasi lebih jelas di salah satu penjual yang kebetulan warga desaku juga. Pak Mamat alias Pakmat, yang terkenal dengan soto ayamnya itu. Aku sedikit bercanda dengannya, karena ia bukanlah tipe orang yang suka basa-basi dengan siapapun. Matanya terlihat sayup-sayup seperti orang berhari-hari tidak menyentuh bantal guling dan selimut, alias suka begadang.
“ Pak.. memangnya bapak percaya sama kuntilanak nggak…?” Aku memulai
“ Anak kecil tahu apa..? sudah sana.. jangan terlalu terbawa omongan orang-orang desa. Nanti kamu kena batunya loh..” Pak Mamat mengalihkan pembicaraannya.
Badrun menjahiliku dengan ular mainannya. Tanpa berbasa-basi lagi, aku menjerit ketakutan dan lari kocar-kacir meninggalkan orang tua berkumis tipi situ. Biarpun aku orang yang bisa dianggap laki-laki, tapi sebagai perempuan tulen aku juga sangat alergi dengan mahluk yang bernama ular. Atau hewan melata lainnya. Badrun memang paling jahil diantara teman-temanku. Tubuhnya tinggi dan kulitnya kuning langsat. Orang bilang dia masih keturunan orang cina. Karena matanya sedikit sipit dan bibirnya sensual. Tak jarang perempuan di kelasku yang naksir dia. Mungkin kalau kuntilanak itu bisa melihat dan bertemu dengan badrun, akan timbul benih-benih cinta di hati sang kuntilanank. Ouupz, aku salah ngomong lagi yah…?
@@@
Malam minggu. Ini malam ketiga semenjak kejadian gugun bertemu dengan sosok kuntilanak itu dekat dengan rumah gina. Aku bersama teman-temanku sengaja bermalam di pos ronda. Kebetulan malam ini banyak anak-anak muda desaku yang lebih memilih menghabiskan malam minggunya untuk bermain sawah-sawahan di pos ronda. Aku salah satu anak perempuan sendiri yang masih berkecamuk dengan hawa dingin malam. Memang, udara malam itu tidak begitu enak untuk badanku. Dua hari yang lalu aku baru saja pulang dari puskesmas karena muntah-muntah dan diare. Penyakit orang kampong yang tidak ada kerennya sama sekali. Tapi aku sangat keras kepala jika dihadapkan dengan masalah yang satu ini. Sangkiin penasarannya, setiap malam aku sengaja begadang walaupun hanya di tempat tidur saja. Karena hampir semua teman-temanku sudah bisa melihat atau bahkan berbincang-bincang dengannya. Sangat-sangat penasaran aku dibuatnya.
Semakin hari, orang-orang semakin antusias ingin melihat langsung sosok yang saat ini menjadi buah bibir di desaku. Terlagi untuk anak laki-lakinya yang sudah sangat mendambakan bertemu dengan kuntilanak berkerudung itu. Aku sendiri sempat kaget bukan main dibuatnya. Mana ada sosok kuntilanak berkerudung. Yang aku tahu, kuntilanak itu sosok yang sangat menyeramkan dan membuat bulu kudu merinding bagi siapa saja yang melihatnya. Apalagi kalu sampai berbincang-bincang dengannya. Tapi sosok yang satu ini justru menjadi buah bibir yang hampir setiap laki-laki ingin bertemu lagi dengannya. Aku sempat bertanya pada Doni, temanku yang sangat pendiam dan pemalu. Ia memang pernah sempat bertemu dengan sosok kuntilanak berkerudung itu. Penampilannya berbeda jauh dengan apa yang kita bayangkan tentang sosok kuntilanak pada umumnya. Lalu apa yang membedakannya yah..? menurutku sama saja. Namanya juga makhluk yang bukan bangsa manusia, pastinya menyeramkan. Hanya orang-orang yang tidak waras saja yang mengatakan bahwa kuntilanank itu cantik dan menarik. Gila saja itu orang. Membayangkannya saja aku tidak sudi. Apalagi sampai bertemu dengannya.
“ Pokoknya malam ini kita harus bisa bertemu dengan kuntilanak berkerudung itu. Dengan atau tanpa perantara.” Gugun menjelma
“ Semewah apa she kuntilanak itu..? sampai-sampai semuanya penasaran ketemu sama dia..? atau jangan-jangan otak kalian memanag udah nggak waras yah..? kuntilanak ko pada seneng gitu she…?” Aku sedikit banyak menggerutu.
“ Kamu belum tau adja sih tant.. coba kalo udah ketemu sama dia, heuuhh pasti kamu juga nggak bakalan ngomong gitu. Atau, bisa-bisa mas Harismu itu jugga naksir sama si kuntilanak berkerudung itu. “ Celoteh Edi dengan logat bahasa jawanya yang medok.
Terserah kalian semuanya deh mau ngomong apa. Aku sendiri semakin bertanya-tanya dalam hati. Bagaimana sosok sebenarnya kuntilanak itu. Banyak dari mereka yang mengatakan bahwa kuntilanak ini berbeda dengan kuntilanak pada umumnya. Tapi, mengapa aku saja yang belum pernah bertemu dengannya sampai sekarang. Ini bencana besar buatku. Sosok penggogis seperti aku, tidak tahu menahu tentang berita yang sudah menjadi hangat semenjak bebrapa waktu yang lalu. Kenapa aku sampai sekarang jadi kepo seperti ini. Wakh pariah bangett…
Tepat pukul 21.00
Aku dan beberapa orang temanku termasuk Ghina, sengaja menunggu di tempat yang banyak orang bilang bahwa kuntilanak berkerudung itu pasti akan datang di jam-jam seperti ini. Hasrat ingin tahuku mulai bergelora dan berdetak kencang. Jika diukur tingkat kegalauanku mala mini, mungkin sudah sampai 100% kayaknya.
Anginnya super dupel kencang. Sepertinya dewa malam sudah mulai mengetahui kalau kita semua akan mengadakan peneltian tentang kuntilanak berkerudung. Sampai-sampai anginpun ikut merasakan kehaadiran kita. Wakh, bahasanya sudah mengalahkan Kahlil Gibran saja. Tapi dia beum tahu kalau kita menggunakan bahasa-bahasa yang sudah menjadi paten desa kami. Pokoknya sedikit lebay kaya anak jaman sekkarang kan juga masih boleh kan..?
“ Itu dia kuntilanak berkerudungnya…” Gugun bergegas mencari keberadaan kuntilanak berkerudung itu.
Dan aku langsung mengitari waktu untu memastikan kedatangan kuntilanak berkeruudung yang menjadi buah binir itu.
“ Mana Gun..?” Aku penasaran
Gungun menghampiri perempuan yang mengenakan baju gamis berwarna putih dan kerudung berwarna hitam kecokelatan itu. Tubuhnya tinggi, langsing, dan perawakannya bagus untuk criteria seorang wanita. Tapi ia masih menutup wajahnya dengan kerudung coklatnya. Aku semakin penasaran dibuatnya. Secantik apa kuntilanak berkerudung itu…?
“ Mau kemana malam-malam gini keluar, mbak..?” Tanya Gugun
“ Mau ke Rumah Paman, kalian mau kemana malam-malam gini kumpul..? lagi ada acara apa yah..?” Suaranya lembut dan sopan..
Orang yang aneh. Masa kuntilanak diajak ngobrol. Gugun emang sinting dan stress luar binasa. Fikirannya sedang berada dimana coba..?
“ Gun, kamu itu gila apa edan..? maa kuntilanak kamu aja ngobrol gitu ceh..? dia suruh buka kerudung di wajahnya. Katanya dia cantik. Aku pengen liat dia kaya gimana..” Seruku meminta gugun untuk segera melepas penutup wajahnya.
Perlahan dia membuka penutup yang menutupi sebagian wajahnya. Dan alhasil aku kaget bukan kepalang. Ternyata semua orang selama ini beranggapan salah tentang kuntilanak berkerudung tersebut. Wajahnya sangat cantik, putih, mulus, matanya jeli, bibirnya merah,pipinya merah merona, dan hidungnya mancung. Sangat cantik perempuan itu. Tapi kenapa semua orang menganggap kalau dia itu kuntilanak yah…?
Aku berpaling ke beberapa tahun yang lalu. Aku sangat kenal betul siapa gadis yang berada di hadapanku saat ini. Bahkan melebihi sahabat dekatku saat ini, Ghina.
“ Mawar…??? Kamu mawar yang dulu sering main bareng sama aku di sungai itu..? Mawar yang dulu waktu kecil suka ngerjain dan jahilin aku..?
Aku sentak memeluk gadis yang ternyata sahabat dekatku ketika aku masih duduk di bangku TK, dan SD. Namun dia diajak pergi orang tuanya ke Arab untuk bekerja sebagai TKI. Dia sahabtaku yang paling bsa mengerti dan paling bisa mamahami. Hampir 10 tahun kita tidak pernah bertemu, setelah kejadian rumahnya dibakar warga karena Ayahnya difirtnah mencuri kalung Ibu Hj. Rini. Aku tahu betul siapa dan bagaimana keluarganya. Mereka orang baik dan sangat baik terhadap keluargaku. Dia sudah aku anggap seperti kakakku sendiri.
“ Tantri, maafin aku nggak ngasih kabar dulu sama kamu. Sampai semua orang penasaran sama aku. Atau bahkan kamu juga sampai tidak mengenali aku. Sebenarnya akua ingin menemuimu, tapi aku masih takut dan nggak berani Tan,,”
“ Ia, ya udah mending kita e rumahku aja yah…kita cerita banyak di sana..”
Ternyata terbukti semuanya. Dia sahabat kecilku yang hampi sepuluh tahun lamanya tidak pernah bertatap muka. Dia sahabat kecilku yang keluarganya difitnah mencuri kalung salah satu warga di desaku. Dia sahabat kecilku yang dulu menjadi bunga desa karena kecantikannya yang hampir mirip iorang Arab. Pantas saja semua orang menganggapnya seperti kuntilanak. Dan bahkan kuntilanak berkerudung. Karena kecantikan dan kelembutan hatinya. Sehingga banyak laki-laki yang menyukainya, termaasuk hampir semua teman laki-lakiku.