SINOPSIS Dewi. .. Seorang gadis pintar yang cacat fisik. Ia bermasalah dengan kaki kirinya. Kakinya tertabrak mobil ketika usianya 6 tahun. Sehingga mengakibatkan ia tak bisa berjalan dengan menggunakan tongkat. Ia selalu menggunakan kaca mata besarnya karena pandangannya sedikit kabur jika tak menggunakan kaca mata. Bukan hanya itu saja, di pipi sebelah kanannya juga ada bekas luka yang tidak bisa hilang sampai sekarang. Itulah yang menyebabkan ia mendapat julukan si buruk rupa yang cacat oleh teman-temannya. Namun ia sangat pintar dalam segala hal. Peringkatnya selalu tertinggi. Dan ia mempunyai suara yang sangat merdu. Ia sering mendapatkan juara satu dalam lomba Tilawah (Qiro’ah). Sehingga Allah menunjukan sebuah hidayah dan mukjiat padanya…. PEMAIN / TOKOH dan PENOKOHAN 1. Pak Ian : Ayah Dewi yang sabar, baik, dan seorang tukang becak 2. Dewi : 17 tahun. Pintar , baik, culun, cacat fisik (kakinya cacat), berkaca mata. 3. Bowo : 17 tahun. Teman dekat dewi yang baik, dan cara bicaranya sedikit susah (terbata-bata) 4. Okta : 17 tahun. Cewek centil, sombong, belagu, arogan, dan selalu iri dengan Dewi (musuh dewi) 5. Tria : 17 tahun. Teman dekat Okta yang sombong, kasar, kaya, dan mempunyai cara bicara yang lenjeh. Pukul 09.00 di kelas. Suasana kelas begitu sepi. Karena masih jam istirahat. Hanya ada Dewi dan Bowo yang sedang berlatih qiro. Minggu depan Dewi terpilih menjadi perwakilan sekolah untuk lomba tilawah di Profinsi. Waktunya hanya ia gunakan untuk berlatih dan berlatih agar hasilnya memuaskan dan bisa membanggakan sekolahnya. Dewi : “Gimana Wo’… suaraku sudah bagus belum? Aku masih ragu dan nggak PD buat ikut lomba besok. Pasti sainganku berat-berat deh. Takut aku.. (menunduk sambil benerin kaca matanya). Bowo : “ bagus ko Wie, PD aja lagi. Anggap aja orang-orang di..di..dii depan ka..kaa..mu itu…paaa..paaa..tung se..see..mua. a..a..aku yakin ko. Ka..kaa..mu pasti me..mee..nang deh. Kan ka..kaa..mu itu hebat banget. “ (bowo tersenyum meyakinkan dewi dengan logat bicaranya yang terputus-putus Dewi : “ Ia,, makasih banget ya Bowo. Kamu emang sahabatku yang paling baik deh.. “ Ditengah-tengah perbincangan antara Dewi dengan Bowo, tiba-tiba datang dua orang yang selalu saja mengolok-olok mereka (Dewi dan Bowo). Okta dengan gayanya yang centil, dan Tria dengan kesombongannya datang menghampiri Dewi dan Bowo. Okta : “ Hadeuuhhh… ternyata di sini ada dua culun yang sedang bermadu kasih nih (menjambak rambut Bowo). Mumpung lagi sepi, enaknya hari ini kita apakan mereka yah Tri..? (melirik ke Tria) Tria : “ Heummm… kalo aku lebih suka yang ini (menendang tongkat Dwi dan membuangnya di depan kelas) hahahaha. Eh culun..!!! (menyenggol bahu Dewi). Jangan sok pintar deh yah..jangan mentang-mentang dipilih buat ikut lomba, terus jadi sok pintar gitu. Ingat yah! Di sekolah ini Cuma ada aku dan Okta yang berkuasa. Ngerti..!!!! (berteriak keras ke telinga dewi) Bowo : “ Hey okta..!! tria..!! jangan sakiti Dewi..!! kkk..aa..lliiiaann itu ben..benn..benar jjja…haat bbb..bbb..anget yaahh.. “ Okta : “ Bbbb..bbb.. (menirukan Bowo) kalo ngomong itu yang jelas. Jangan kaya orang mau disunat aja. Apa mau ikut trennya ajis gagap? Hahahaha. Dewi : “ Kalian itu kenapa sih? Jahat baget. Kenapa kalian benci banget sama aku? Apa salahku? (Dewi berteriak kesal) Tria : “ Salah kamu? Salah kamu Cuma satu cewek culun!!! Karena kamu itu cacat. Culun.. pinter.. pake kaca mata.. dan nyebelin.. hahahaha” Okta : “ Yapz, suruh siapa jadi orang culun dan cacat. Tanya sama Bapak tukang becak itu, kenapa kamu itu cacat. “ Tria : “ Ayo pergi Tha’.. (menjatuhkan buku-buku dewi) makan itu lomba !!! “ Sepulang sekolah, dewi langsung menangis dihadapan Ayahnya. Ia tak kuasa membendung kesedihannya. Rasanya ingin sekali marah, membanting gelas serta pot bunga yang ada di depannya. Bapak : “ Logh..logh.. pulang sekolah bukannya salam dulu, ko malah nangis gitu. Ada apa Dewi..? ceritakan sama Bapak.. (sapa Bapak dengan nada lembut) Dewi : “ Dewi benci sama diri dewi sendiri Pak, Allah itu nggak adil sama dewi. Allah nggak sayang sama dewi. Kenapa dewi ditakdirkan jadi orang cacat dan selalu jadi bahan ledekan mereka. Kenapa Pak..? (menangis) Bapak : “ (senyum). Jadi itu masalahnya? Sekarang Bapak mau Tanya sama dewi. Selama ini dewi bisa makan nggak? Dewi bisa sekolah nggak? Terus, selama ini dewi selalu mendapat peringkat pertama nggak? Dan satu lagi, dewi sadar nggak kalo ada bakat yang ada dalam diri dewi dan tidak semua orang memilikinya? Dewi sadar semua itu nggak? “ Dewi : “ Ia Pak, dewi masih bisa makan, masih bisa sekolah, peringkat dewi bagus, dan dewi selalu jadi juara dalam lomba tilawah. Dewi sadar Pak, lalu apa hubungannya dengan semua ini Pak? (dewi memandang Bapaknya dengan polos) Bapak : “ Nah itu dewi sudah tau sendiri jawaban dari semua pertanyaan dewi tadi. Itu artinya, Allah sayang sama dewi. Allah juga adil sama dewi. Buktinya allah memberikan semua ini Cuma sama dewi. Coba lihat orang-orang di luar sana. Mereka masih banyak yang kelaparan dan tdak bisa sekolah. Dewi masih bisa bersyukur karena lebih beruntung dari mereka. Itu semua kaena Sesungguhnya Allah itu bersama kita, Nak.. “ Dewi : “ Ogh.. gitu yah Pak,,? Dewi ngerti kenapa semua ini terjadi sama dewi. Apa mungkin Allah punya rencana indah untuk dewi yah Pak..? “ Bapak : “ Benar itu Nak, kamu masih ingat apa pesan Ibu dulu kan? Apa hayoo “ Dewi : “ Ingat Pak. Allah memberikan cobaan kepada hambanya sesuai dengan kemampuan hambanya masing-masing. Ya kan ? (dwei menghapus air matanya) Waktu yang ditunggu-tunggu dewi akhirnya datang. Tinggal beberapa jam saja perlombaan Tilawatil Qur’an dimulai. Semua peserta terlihat bersiap-siap untuk menyambut acara, termasuk dewi. Semua yang dilihat dewi sempurna fisik. Cantik, modis, rapih, dan peserta laki-lakinya ganteng. Hanya dewi yang berpenampilan biasa. Memakai seragam sekolah dengan kaca mata besar dan tongkat yang menjadi sahabatnya dimanapun. Okta : “ Dasar cewek culun buruk rupa. Hari ini kamu nggak bakalan menang, Bodoh..!!! penampilan kamu aja awut-awutan gitu. “ (ucap okta dengan nada sinis) Tria : “ Ia, paling kamu Cuma jadi kambing congek aja di atas panggung. Suara kamu kan pas-pasan banget. Bagus juga suaraku.. “ Kali ini, dewi tak menghiraukan semua perkataan dua manusia di sampingnya itu. Ia hanya percaya pada Allah dan Bapaknya. Sesungguhnya Allah bersama kita. Dewi mendapat urutan pertama. iapun melantunkan ayat demi ayat al-qur’an yang sudah ia pelajari sebelumnya dengan Bowo dan Bapaknya. Sampai babak penentuan, dewi, Bapak, dan Bowo terlihat sangat tegang. Juri : “ Juara satunya jatuh pada nomor urut 07 atas nama Dewi Kusuma Artikasari, dari SMA Nusa Bangsa. Dewi juara satu dan mampu mengalahkan semua peserta di hadapannya. Sedangkan Okta dan Tri hanya bergumam saja melihat kebahagiaan dewi.