Selasa, 17 Desember 2013

Analisis Gaya Bahasa Pada Puisi "AKU" Chairil Anwar


Puisi
Analisis Puisi Aku

AKU
( Chairil Anwar )

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Analisis Gaya Bahasa Dalam Puisi “ AKU “

Analisis Puisi Aku
Gaya Bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/ meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.

Analisis Puisi Aku
Kata-kata yang digunakan dalam penggalan puisi tersebut adalah kata konotatif. Artinya,kata-kata yang berkemampuan mengandung arti ganda.

Analisis Puisi Aku
Pada bait puisi “ Aku ini binatang jalang”, menunjukan bahwa terdapat gaya bahasa simbolik yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. Dalam kalimat ini menyatakan dengan jelas bahwa penulislah yang seolah-olah menjadi ukuraan masyarakat pada masanya. Namun, apabila bait tersebut digabungkan dengan bait selanjutnya “ Dari kumpulannya terbuang “, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat majas fable. Yang menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

Analisis Puisi Aku
“ Biar peluru menembus kulitku “ terdengar ungkapan yang memang sudah tidak asing lagi untuk diperdengarkan. Maka gaya bahasa yang tertorehkan pada bait tersebut adalah majas alusio. Yang dimana majas ini menyatakan bahwa pemakaian ungkapan pada “ Menembus kulitku “ yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal. Demikian juga pada bait “ Aku tetap meradang menerjang “ istilah ini menggunakan majas sinestesia. Yang menyatakan berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.

Analisis Puisi Aku
Pada bagian terakhir dapat dilihat bagaimana penggunaan majas pada bait puisi tersebut. Gaya bahasa yang digunakan dalam bait “ Aku ingin hidup seribu tahun lagi “ adalah majas alegori. Yang mana majas ini menyatakan dengan cara lain, kiasan, dan penggambaran tentang sesuatu. Istilah “Aku igin hidup seribu tahun lagi “ menyatakan bahwa penulis ingin merasakan kehidupan yang lebih lama lagi dari sisa masa hidupnya sekarang.

Analisis Puisi Aku
“ Tak perlu sedu sedan itu “ dalam bait puisi tersebut, dikatakan bahwa unsure majas yang terkandung di dalamnya adalah majas hiperbola. Yang mana hiperbola itu suatu majas yang bisa disebut juga sebagai ungkapan pengeras. Bahasa ini menggantikan kata sederhana menjadi luar biasa kedengarannya.

Analisis Puisi Aku
Demikian juga pada bait yang berbunyi “ Luka dan bisa kubawa berlari “. Dalam kata “ Luka ‘ mengandung arti hati atau perasaan. Sedangkan “ Berlari “ mempunyai arti kaki. Jadi dapat disimpulkan dalam tataran kalimat tersebut menggunakan majas sinestesia. Yang mana majas sinestesia itu sendiri adalah majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya. Maksudnya adalah, dalam majas ini terdapat pertukaran indra dari satu indra ke indra lainnya.

Analisis Puisi Aku
Penjabaran majas selanjutnya terdapat pada kalimat “ Hingga hilang pedih perih “. Majas yang terkandung dalam bait puisi tersebut adalah majas simbolik. Dengan membandingkan benda yang sesungguhnya dengan benda lain sebagai lambang sifatnya sebagai maksud. Kata “ Pedih “ yang berarti melambangkan mata sebagai tujuan maksud dari bait tersebut, dan kata “ Perih “ yang berarti melambangkan indra peraba. Perih dilambangkan sebagai lambang perasaan seseorang ketika menggunakan indra perabanya.